Postingan

Season 1 chapter 3

Aku tak tahu mengapa dirimu kini sangat berarti buatku. Kamu mengisi hari-hari sepi yang selama ini aku rasakan. Entah mengapa tiap kata yang kau tulis menjadi semangat untuk aku menjalani kehidupan. Kehadiranmu membuat ku bisa tersenyum. Hal yang telah jarang aku lakukan. Tapi karena kamulah senyumku ini terus berkembang sepanjang waktu. Januari 2016. Titik dimana aku benar-benar kehilangan arti kehidupanku sendiri. Waktu yang aku punya bukanlah benar-benar milikku. Aku hanyalah robot milik banyak orang. Aku harus berkorban untuk kepentingan orang lain dan mengesampingkan kebahagiaan yang aku punya. Ini berat. Amat sangat berat. Aku hanya bisa menenggelamkan diriku dalam kesibukan tak berarti. Mencoba mencari hal baru yang hanya milikku. Berusaha mencari celah sempit untuk menaruh kebahagian yang entah macam apa. Handphone, komputer, dan buku. Interaksi dengan benda tak hidup. Hahaha ya memang agak gila. Tapi tak apa. Aku bosan dengan mahluk bernyawa yang hanya bisa menggerogoti ...

Season 1 chapter 2

"Hey Jassie. How are you bebz?" Aku berbalik badan dan oh my.... Tampar aku! Apa ini nyata? Di depan ku berdiri laki-laki yang selama ini hanya ada di layar handphone ku. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya. Aku diam tak bergerak. Hanya mampu menatapnya dari jarak 2 meter. My god. Is it real? Dia seperti pangeran impian yang muncul ke dunia nyata. Pangeran dari layar kaca yang tiba-tiba berdiri di hadapanku. Dengan style yang sama, seperti foto yang tiap hari aku pandangi. Celana jeans dan kemeja. Uhhhhhh sepertinya aku bakal meleleh seperti coklat yang di panggang di atas api. "Hey, kenapa kamu melamun? Atau kamu ketakutan? Aku seram ya? Hahaha." Seketika lamunan buyar. "How are you bebz?" Dia mengulangi sapaannya dan maju menjabat tanganku. Cezzzz pas banget kena hatiku. "Fine, thanks." "Jadi apa kamu tidak suka pilihan yang aku tawarkan?" "Ng... bukan begitu. T-tapi hanya saja aku terlalu bingung." ...

Season satu chapter satu

Season 1 chapter 1 Tap tap tap Suara ketukan langkah kaki ku bergema memenuhi telinga. Menyusuri pelataran sebuah hotel di pinggir kota. Kaki ku terhenti tepat di depan pintu lobby hotel. Mata ku menatap nanar ke dalam sana. Suara degup jantungku mengalahkan bisingnya lalu lintas di jalan raya depan hotel. Antara yakin dan tidak. Antara keinginan dan keraguan. Ku pejamkan mata dan menghela napas dalam-dalam. Mungkin aku sudah gila. Di antara dilema yang aku rasakan, ketika keruwetan di otaku menjadi benang kusut, ku lihat sekelebat memori. Bayang kabur sesosok laki-laki dengan kaus hitam berlengan panjang duduk di tengah taman. Dia tersenyum malu. Wajahnya tersipu-sipu. Dan tak mampu berkata-kata. Memori kecil yang hampir tak bisa ku ingat itu memberikan sebuah keyakinan. Ya aku tak boleh mundur. Ku putuskan memasuki hotel. Di ujung sana terlihat wanita cantik dengan tatanan rambut bak pramugari. Rapi, cantik, dan menarik. Dia menyambut kedatanganku dengan senyum yang sang...

Prolog

Kantong kecil hatiku Hati manusia menampung berbagai macam perasaan. Selama hidup manusia, semakin lama manusia hidup, akan semakin banyak perasaan yang akan tertampung dalam hati. Suka, duka, cemburu, iri, malu, cinta, kehancuran, dan kehilangan. Dari sekian banyak yang telah tertampung, adakalanya hati merasa lelah, merasa butuh kembali menjadi hati yang baru bak bayi yang baru lahir. Namun kadang manusia justru memilih menyiksa hati mereka dengan masalah yang mereka ciptakan sendiri. Seperti saat ini. Aku mulai berulah. Menciptakan masalah baru di tengah rumitnya kehidupanku. Hati ku yang telah penuh dengan semua rasa yang ada selama seperempat abad. Dengan segaja ku ciptakan sebuah celah kecil untuk menampung dosa besar yang ku buat. Kantong kecil hatiku untuk menampung dirimu.